singgah sejenak…
hari itu, selama 24 jam aku sulit mengendalikan isi kepalaku. lagi-lagi memintaku untuk terus berefleksi. aku kewalahan. tapi lagi-lagi sesuatu itu menuntut. jadilah aku siang dan malam itu tak tertidur. ada banyak hal yang mau tak mau menuntutku untuk berfikir lagi dan lagi. seakan tak ada ujung pangkal dan kesempatan untuk berteduh dan menghela nafas sejenak. tapi aku tak sanggup membahasakannya kini. aku masih menunggu. atau kalau bisa aku akan memaksanya untuk keluar. ya, terkadang, sesuatu yang dipaksa dan terburu, tanpa kita duga membuahkan sesuatu yang tak terduga lagi. jadi biarkanlah aku membiarkan segalanya tetap begitu. tapi bukan berarti aku terlena dengan kebiasaan membiarkan apa adanya. karena ada waktu dimana aku akan membahasakannya. ya, biarkan aku menghela nafas barang sejenak. setelahnya, tunggulah, tunggulah aku yang sesegera mungkin membahasakannya. meski sesuatu itu terus menuntutku, tapi biarlah aku menikmati singgah sejenakku.
berhenti sejenak..
hehe.. apalagi kalo di bawah pohon rindang… ^^
LikeLike
ya sobat, dan saat ini juga aku ingin merasakannya
LikeLike
Sesuai dengan sifat dasar masing-masing,
Manusia dibagi dalam 4 golongan utama.
Walau pembagian seperti itu,
Tidak pernah mempengaruhi Sang Jiwa Agung.
Para Pemikir bekerja dengan berbagai pikiran mereka.
Para Satria membela negara dan bangsa.
Para Pengusaha melayani masyarakat dengan berbagai cara.
Para Pekerja melaksanakan setiap tugas dengan baik.
Berada dalam kelompok manapun,
bekerjalah selalu sesuai kesadaranmu.
Jangan memikirkan keberhasilan maupun kegagalan.
Terima semuanya dengan penuh ketenangan.
Bila kau bekerja sesuai dengan kodratmu,
tidak untuk memenuhi keinginan serta harapan tertentu,
maka walau berkarya sesungguhnya kau melakukan persembahan.
Dan, kau terbebaskan dari hukum sebab akibat.
Tuhan yang kau sembah, juga adalah Persembahan itu sendiri.
Dalam diri seorang penyembahpun, Ia bersemayam.
Berkaryalah dengan kesadaran ini,
dan senantiaasa merasakan kehadiran-Nya.
Banyak sekali cara persembahan –
Ada yang menghaturkan sesajen dalam berbagai bentuk.
Ada pula yang menghaturkan kesadaran hewani pada
“Sang Aku” – sejati yang bersemayam di dalam diri.
Bila kau mempersembahkan kenikmatan dunia pada pancaindera,
maka kau menjadi penyembah pancaindera.
Bila kau mengendalikan pancaindera,
maka kau menyembah Kesadaran Murni di dalam diri.
Ada yang mempersembahkan harta, ada yang bertapa,
Ada yang berkorban, ada yang menjauhkan diri dari dunia,
Ada yang sibuk mempelajari kitab suci, ada yang berpuasa.
Apapun yang kau lakukan, lakukanlah dengan kesadaran!
Langkah berikutnya:
Lakoni hidupmu seolah kau sedang melakukan persembahan.
Berkarya dengan penuh kesadaran, itulah Pengabdian.
Cara-cara lain hanya bersifat luaran.
Terlebih dahulu, raihlah kesadaran diri.
Bila kau tidak mengetahui caranya,
Belajarlah dari mereka yang telah sadar.
Untuk itu hendaknya kau berendah hati.
Orang yang sadar tidak pernah bingung.
Pandangannya meluas, penglihatannya menjernih,
ia yakin dengan apa yang dilakukannya,
Sehingga meraih kedamaian yang tak terhingga nilainya.
(Bhagavad Gita)
LikeLike
LikeLike
LikeLike