menikmati bungkam

aku selalu kesulitan untuk mengeluhkan sesuatu. banyak hal sesungguhnya untuk dikeluhkan. tapi duniaku menahanku. hingga aku terbiasa menikmati bungkam dengan kata-kata. tapi tidak dengan imajinasi dan huruf-huruf. bahkan ketika mulut ini baru saja terbuka untuk mengatakan inginku, seribu tatapan telah siap menghadangku. tatapan itu tidak datang sendirian. tapi dengan beribu kemustahilan-kemustahilan yang dilemparkan padaku. karena aku sudah terbiasa dengan semua itu, maka imajiku kian liar menerjang kemustahilan-kemustahilan yang mereka lemparkan secara terus-menerus. aku menikmati bungkamku.