perempuan di hari perempuan
Selama ini, peringatan hari perempuan sedunia di negeri ini masih belum begitu kencang terdengar. Hanya sebagian perempuan Indonesia atau kalangan tertentu yang mengetahui hari perempuan tersebut. Sebagian besar, perempuan juga tidak tahu sama sekali akan hari perempuan. Karena memang yang biasa diperingati adalah Hari Kartini dan Hari Ibu sebagai hari nasional. Sedangkan hari perempuan masing belum terlalu akrab diketahui masyarakat.
Padahal realitanya, ketertindasan perempuan masih dirasakan sampai saat ini. Dengan banyaknya pelecehan, perkosaan, KDRT, tidak adanya hak yang semestinya bagi buruh perempuan, penganiayaan dan pelecehan kepada TKW dll. Akar masalah adanya ketertindasan dan kekerasan yang terjadi di karenakan tatanan social kita yang menganut paham patriarkhi. karena adanya legitimasi bahwa laki laki adalah superior maka perempuan menjadi inferior dan ini menjadikan perempuan di lemahkan. Dan hal yang paling fatal adalah apabila secara tidak sadar atau sadar perempuan membenarkan cara berfikir patriarkhi tersebut.
Senin (8/3/10) kemarin, seluruh masyarakat peduli perempuan yang tergabung dalam Gerakan Perempuan Cirebon (Gerpac), menggelar aksi damai untuk memperingati hari perempuan se-Dunia. Berikut kondisi aksi tersebut:
wow hidup perempuan! Met hari perempuan ya…
LikeLike
sama-sama mba Aish..met hari perempuan buat kita semua…
LikeLike
apakah nikah siri atau pernikahan laki-laki terhadap perempuan lebih dari 4 orang juga menjadi kontra dalam aksi damai kemaren?
benar juga, saya lebih keingat dengan hari ibu ketimbang hari perempuan.
LikeLike
iya, benar sekali. kami juga mengangkat isu nikah sirri. berikut beberapa isu lain yang kami usung dalam aksi tersebut:
• Turunkan Angka Kematian Anak dan Ibu
• Hentiakan trafiking
• Lindungi pekerja perempuan
• Hapus kekerasan terhadap perempuan
• Jangan poligami kami (Perempuan)
• Suara perempuan = suara masyarakat
• Jangan eksploitasi tubuh kami
• Hentikan diskriminasi perempuan
• Tetapkan perda anti trafiking
• Jangan beda-bedakan kami (perempuan)
• Beri kami (Perempuan) akses ekonomi
• Jangan halangi kami untuk pintar
• Jangan korupsi dana pendidikan
• Penuhi kuota 30%
• Kami bukan makhluk kelas 2
• Media jangan eksploitasi kami (perempuan)
• Pelecehan terhadap perempuan adalah dosa besar
• Hentikan eksploitasi anak
tentang referensi nikah sirri, di web lembaga kami juga membahas nikah sirri:
http://fahmina.or.id/artikel-a-berita/berita/796-pelaku-pernikahan-sirri-wajib-dipidanakan-demi-melindungi-perempuan.html
LikeLike
Wah, photonya rame! PMII & HMI join jadi satu.
LikeLike
kita dari semua golongan berkumpul. tidak hanya mahasiswa dan dosen, LSM perempuan, fatayat, PNS, dan sejumlah elemen yang berbeda ikut mendukung dalam aksi tersebut.
LikeLike
Hidup perempuan!
Salam kenal dari Madura…
LikeLike
makasih kawan, sudah mampir ke blogku. Hidup Perempuan!!!
LikeLike
mari setarakan gender
LikeLike
thanks kawan, atas spiritnya.
mungkin link berikut bisa jadi referensi isu gender:
http://fahmina.or.id
LikeLike
namun ada kala pria, tak berdaya….
bertekuk lutut di sudut kening wanita……..
selamat hari perempuan.
LikeLike
dan bertekut lutut bukanlah kelemahan, bisa jadi kekuatan bukan??
LikeLike
Iya juga ya. Kekuatan untuk meluluhkan hati. Wiw…
LikeLike
ya. segalanya tergantung cara pandang kita
LikeLike
serta tindak tanduk setelah bertekuk lutut
LikeLike
@ Ismail Agung–> Ismail, aku senang kamu terus berbalas. membuatku ingin berdiskusi tentang wacana gender. kamu benar, ketika mengatakan bahwa banyak juga lelaki yang tertindas. itu benar. karena sejatinya, musuh dari gerakan feminism bukanlah lelaki atau perempuan, tetapi budaya patriarkhi (ide, gagasan yang berpusat pada lelaki). budaya ini yang melanggengkan peran lelaki. bahwa lelaki harus di wilayah publik dan perempuan harus di wilayah domestik. dan ini menimbulkan masalah. karena dengan begitu perempuan akan selalu dianggap lemah, dikuasai, dan lelaki menguasai. lelaki dan perempuan sama-sama menjadi korban budaya patriarkhi, tetapi lelaki menikmati diri sebagai korban, mereka merasa mapan dan nyaman, sehingga sampai saat ini perempuan yang lebih banyak diperjuangkan. tetapi dengan tujuan untuk kesetaraan. ingat, kesetaraan itu berbeda dengan persamaan.
LikeLike
waduh jadi diskusi serius begini mbak…
saya tidak bisa menilai apakah budaya patriarkhis adalah sebuah kesalahan atau ada sesuatu yang melenceng dari hal tersebut.
tapi jika memang gagasan itu harus muncul dari lelaki, mungkin itu semua berasal dari sifat alamiah pria yang ingin menunjukkan sisi maskulinitasnya di hadapan perempuan. dan tak jarang pula perempuan tertarik pada hal tersebut.
Perempuan selalu dianggap lemah. Saya tidak hendak membenarkan atau membela kaum lelaki, tapi anggapan itu pun terkadang muncul dari pihak perempuan yang menganggap dirinya lemah lalu menyerahkannya pada pria. Dan anggapan ini berlangsung terus menerus hingga pada titiknya terjadilah pergolakan yang seperti mbak maksud baik itu kesetaraan maupun persamaan.
perempuan masa kini memang tidak mau dipandang lemah, dan lelaki saat ini pun akan menunjukkan sisi lemahnya justru dihadapan perempuan. bayangkan saja bila ada lelaki termehek-mehek di depan lelaki lain.. lelaki macam apa itu. lain cerita bila lelaki termehek-mehek di depan perempuan, pasti ada penyesalan yang mendalam dibalik tangis itu (jikalau itu bukan air mata buaya) hihihihi…
duh jangan serius-serius dong mbak, saya nggak biasa seriusan…
LikeLike
hehehe..kata siapa kamu gak bisa serius. serius bukanlah hal yang tidak biasa. faktanya, jawaban kamu di atas bisa serius, aku suka mengajak kawan-kawan berfikir. okey, kapan-kapan aku sambung. sementara itu dulu ya….thanks so much 🙂
LikeLike
wow mengajak berpikir… hmmm aku sedang berpikir… dipikir-pikir… kok jadi kepikiran yah?
LikeLike