di satu waktu
di satu sudut dan waktu, aku datang, lalu duduk, memilih berbaur dengan diriku. padahal di luar sana ada mereka dan suasana yang sepertinya begitu menarik. karena aku selalu gagal memerankan jiwa lain di luar jiwaku. aku sulit memerankan apapun, apalagi menikmatinya. di keramaian, riuh rendah, gegap gempita, perayaan kebanggan, dan segala yang memukau, aku tetap tak mampu menikmatinya. ketika mereka menikmatinya, aku malah sulit membuktikan bahwa aku menikmatinya. jika sudah begitu, aku memilih tak terlihat oleh apapun dan siapapun. di satu sudut dan waktu, aku lebih memilih berbaur dengan diri. menjadikan diri tak seperti yang lain, saat itulah aku merasakan betapa βmagisβ-nya menjadi diri sendiri. tak ada beban di sana.
aku merasa terwakili oleh tulisan ini, aku selalu suka tulisan-tulisanmu
LikeLike
berbahagialah mereka yang menikmati dunianya. terimakasih Firman
LikeLike
kadang memang, BEDA itu indah π
LikeLike
benar kawan…beda itu indah,membosankan juga jika hanya ada warna merah di dunia ini.
LikeLike
lebih berbaru dengan diri.. hm.. saya masih mencerna kalimat ini.
tapi sepertinya saya tau rasanya menjelma menjadi diri. BENAR tanpa beban π
LikeLike
berbaur dengan diri. menerima diri kita yang apa adanya. menerima segala kekurangan kelebihan yang ada pada diri kita. untuk tidak selalu melihat jiwa lain di luar jiwa kita. mencoba memaafkan segala sesuatu yang “salah” yang telah kita perbuat, bukan terus-terusan menyesalinya.
LikeLike
karena aku selalu gagal memerankan jiwa lain,diluar jiwaku.saya suka sekali dengan kata-kata ini.artinya “menjadi diri sendiri”.gitu ya sis?menurut pemahamanku.
LikeLike
ya, demikianlah Sist…maksudnya memang demikian. aku pikir, meski dengan istilah yang berbeda, kita tetap mampu sama-sama memahami maknanya. tentunya dengan bahasa kita sendiri, tapi maknanya tetap sama. makasih Sist… π
LikeLike
Ya.. aku mengerti tulisan ini. Terlepas dari kebisingan dunia… Meditatif dan kemudian mengalami pencerahan. Kemudian kita melihat apa yang terpenting dalam hidup, yang tidak cemar oleh hiruk-pikuk fatamorgana dunia. Mengalami diri, kemudian merasakan cengkraman ilahiah.. Hehe, bahasaku ..
LikeLike
hemmm…mantap!! kata-kataku semakin lengkap dan tajam dilengkapi oleh kata-katamu. ada dengan bahasamu mba???bagiku gak ada yang beda, dari dulu bahasa atau apapun istilah yang kau pakai memang selalu memiliki makna tersendiri. ada gregetnya. ketika aku sulit membahasakannya karena ogah menggunakan istilah-istilah itu, kau malah memakainya. jadi semakin mantep!!
LikeLike
Menjadi diri sendiri memang lebih nyaman…
LikeLike
nyamannya, melebihi duduk santai di kursi taman di bawah pohon besar tua nan rindang sambil melihat daun berjatuhan….
LikeLike
yah, here we are..
and here I am, the way I am…
terasa lebih indah hidup menjadi diri sendiri,
LikeLike
tepatnya, lebih segala-galanya.hehehe….apakah aku lebay???
LikeLike
inilah magisnya tulisanmu,sahabatku….
sebuah catatan yg tidak begitu panjang tp bgt gamblang seolah pembacamu menjadi begitu memahami ‘aku’ nya…..
LikeLike
dan analisamu sangat menghiburku, hingga kubahagia, terimakasih, di sanalah magis-nya kepekaanmu….
LikeLike