tentang risiko

sepanjang sebelum dan sesudah liburan hari raya yang bagiku begitu panjang, untuk kali ke sekian aku terlalu banyak berfikir. yang berarti aku tengah menikmati berbaur dengan diri. tubuhku seperti biasa, bergerak menelusur sejumlah sudut. tapi pikiranku seakan tetap mencari jawaban tanya-tanyaku. terkadang bahkan sebaliknya. pikiranku entah sudah bergerak ke mana, sementara tubuhku tetap diam di satu tempat. tentu ini sesuatu yang wajar kawan. kau pun mungkin sering berada dalam posisiku sekarang. jiwa lain di luar jiwamu, sedekat atau se-menyatu apapun kau dengan jiwa lain itu, tetaplah jiwa di luar dirimu. Jiwa yang tak akan pernah mampu memuaskan tanya-tanyamu, atau lebih tepat segala inginmu, setidaknya keinginanmu mendapat jawaban akan tanyamu. jadi tidak ada alasan menyalahkan jiwa lain di luar jiwa kita, bahkan kecewa.

ya, hanya kau sendiri yang mampu memuaskan tanya-tanyamu. kau akan menemukan banyak cara jika kau menginginkannya. meski dengan cara yang ekstrim seperti mengenyahkan ingin-inginmu. setidaknya kau telah berusaha. kalaupun tanya dan ingin itu muncul lagi, maka kau harus mau menemukan jawabannya lagi. ya, begitulah hidup kawan. kau tak sekadar menjalani aktivitas bangun dari tidurmu, mendapatkan gaji dari hasil keringatmu, memberikan hadiah untuk orang-orang tercintamu, menghabiskan waktu untuk seseorang yang kau cintai, hidup tak sekadar itu bagiku, karena ada saja detik di mana kau merindukan dihantui kegelisahan akan tanya dan inginmu.

dan seperti yang pernah kuungkap, kau tidak hanya merasa lelah dengan semua itu, kau juga akan mencari gelisah itu, kau membutuhkannya untuk sebuah perubahan yang sejatinya tak kau sadari. melalui paragraph ini, kau mungkin meragukanku, tapi aku meyakininya, karena aku begitu menikmati proses itu. namun keraguanmu akan ini bukan berarti kau tak menikmati proses sepertiku, hanya saja, gelisah itu datang dengan cara dan penerimaan yang berbeda. karena setiap ruang kepala memiliki isi yang berbeda.

sepanjang beberapa tahun belakangan ini, aku banyak dihadapkan pada kehilangan-kehilangan kesempatan. kesempatan-kesempatan itu adalah jalan menuju inginku. lalu dalam sekejap mata aku terpuruk, namun ketika aku membuka mataku, aku kembali bangkit. karena begitu banyaknya aku mendapat kebahagiaan dalam hidup ini. keberuntungan-keberuntungan buah dari keringatku, keberuntungan dari orang-orang tercintaku, serta keberuntungan-keberuntungan dari sesuatu yang selama ini aku yakini dan aku tekuni. dan di satu waktu itu, aku terus belajar makna bersyukur. aku bersyukur. aku terus bersyukur. semakin kuat keinginan kita menjadi dewasa, inilah risiko yang harus kita terima. hidup penuh dengan risiko, dan itu benar. dan risiko, tak hanya berwujud pada sesuatu yang tak kau inginkan, karena adakalanya ia datang berwujud sesuatu yang kau inginkan. untuk semua perubahan yang kita inginkan, kita butuh risiko.

(alimah, di tengah hiruk pikuk raya 2010)