buntu
kakiku terus menyusur jalan petang. sambil bekerja keras menyusun kalimat-kalimat. pekan lalu putus asa karena tak satu pun kalimat berhasil kurangkai. pekan ini masih sama. tak ada satupun kalimat terangkai. kemarin aku berjanji merangkainya lagi. tapi esok lalu aku malah berjanji merangkainya pada lusa lalu. jika sudah begini, rasanya sulit pulih.
harusnya beribu kalimat sudah kurangkai. namun dalam kesadaranku, malah membiarkan ruang kepalaku terus bercabang. sementara tubuhku sulit dipaksa beranjak. aku belum menemukan apapun. ruang kepalaku masih kosong. tapi aku harus menemukannya. benarkah aku terlalu keras pada kepalaku. tapi saat ini aku buntu.
Seperti kata dan huruf itu, meski kadang tak cair, biarkan saja mengalir, mengarak segala kecerdasanmu, menuju sebuah ide yang sempurna, tak ada keterpaksaaan, sama sekali.
Maju terus mba, semangat, dari kecerdasanmu, kukantongi segalanya…he..he.
LikeLike
benar. kadang demikian. tapi aku tetap semangat, hanya detik ini, aku tak menemukan sesuatu. terimakasih Sobih.
LikeLike
disaat buntu itulah kreativitas muncul, seharusnya.
LikeLike
benar juga. meski kadang tak memuaskan. terimakasih sudah berkunjung π
LikeLike
untuk menyiram, ember pun perlu diisi air π
LikeLike
dan untuk mengangkat ember yang sudah terisi air, butuh energi bukan?. makasih sudah berkunjung π
LikeLike
cuma bisa geleng-geleng pas ngebacanya…
keren bgt tulisannya…^_^
LikeLike
terimakasih andri atas ‘geleng-geleng’-nya. aku juga sempat ‘geleng-geleng’ membaca postingan2mu. salam kenal dan terimakasih sudah berkunjung π
LikeLike