Ia Ibarat Kitab Hayat
Rama mengibaratkan dirinya sebagai kitab hayat (buku kehidupan), jika kita membacanya maka akan menemukan makna dan manfaatnya…
Demikian penuturan Dewi Kanti (43 Tahun), salah seorang puteri dari Pangeran Djatikusuma yang akrab disapa Rama Djati, Tokoh Penghayut Cigugur Kuningan. Namun dari penuturannya, Dewi Kanti menegaskan bahwa ia tidak bermaksud agar Rama Djati menjadi sosok yang dikultuskan, melainkan sebagai motivasi bagi komunitas Paseban untuk banyak belajar dan bertanya.
Sementara Rama Djati sendiri enggan menceritakan perihal peribadinya. Namun banyak pihak yang tak habis-habisnya berkisah tentang sosoknya. Termasuk sejumlah media, entah berkisah tentang sosoknya maupun menggali rasa ingin tahu mereka tentang pandangan Rama Djati tentang kehidupan.
Rama Djati lebih banyak bercerita tentang Seren Taun dan Sunda Wiwitan. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana diskriminasi terhadap penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun komunitas adat sampai detik ini masih terus berlangsung.
Sejumlah peraturan yang dikeluarkan secara sistematis oleh pemerintah dan menjadi hukum positif telah mendiskriminasi para penganut aliran kepercayaan dan komunitas adat Indonesia. Jangankan untuk mendapatkan pengakuan atas tradisi adat dan spiritual yang diyakini sebagai agama, untuk mendapatkan dokumen sipil dengan pengakuan terhadap kepercayaan mereka, itu masih dapat dikatakan mustahil.
Dalam konteks negara, bentuk diskriminasi itu bersumber dari sejumlah perundangan dan peraturan yang dinilai sangat merugikan para penganut kepercayaan dan komunitas adat di Indonesia. Karena semua itu, Pangeran Rama Djatikusumah, atau yang akrab disapa Rama Djati, harus mendekam di penjara selama beberapa waktu, begitu pun dampak pada ketiga anaknya. Mereka tidak bisa mendapatkan akte kelahiran, sedangkan puluhan anggota mereka harus berpindah agama dulu untuk bisa mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Sementara itu, para penghayat yang kebetulan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak bisa melangsungkan sumpah jabatan untuk promosi karir kepegawaian maupun mendapatkan fasilitas yang seharusnya mereka dapatkan sebagai PNS, seperti tunjangan keluarga (isteri dan anak) dan lain sebagainya. Proses diskriminasi tidaklah bersifat alamiah. Diskriminasi bukan gempa bumi, tidak pula angin badai yang datang tiba-tiba. Diskriminasi lebih mirip dengan tindakan akibat sikap rasisme yang memandang budaya dan cara hidupnya terunggul, sementara pilihan hidup yang lain sebagai cacat dan rendah. Selanjutnya, ia dipertahankan dan berjalin-kelidan dengan kekuasaan. Ia direproduksi dan diproduksi terus menerus untuk mengukuhkan dominasi dan kepentingan. Dan salah satu alat reproduksinya adalah melalui kurikulum dan pendidikan sekolah, sebagaimana dialami sejumlah keluarga para penghayat di Cigugur termasuk anak-anak Rama Djati sendiri.
Karena enggan menceritakan perihal pribadinya, maka di sini lebih banyak mengungkap pemaparannya tentang Seren Taun dan Sunda Wiwitan itu sendiri. Dan tidak heran mengapa Dewi Kanti menyebutnya sebagai “kitab hayat” seperti yang juga diungkapkan Rama Djati sendiri, sosok yang memberi motivasi untuk banyak belajar dan bertanya.
Mengejar Kekayaan Batin, Bukan Materi
Tentang Seren Taun, ia memaparkan bahwa inti dari tujuan diadakannya upacara Seren Taun adalah di samping sebagai bentuk syukur dan permohonan berkah serta limpahan kesejahteraan kepada Tuhan, juga sebagai sarana yang efektif untuk mewarisi tradisi luhur para leluhur yang dimiliki bangsa dan penggalian kearifan local. Budaya local yang dimaksudnya adalah yang bisa menemukan dan menumbuhkan jati diri dan perilaku manusia yang seharusnya. Baik sebagai makhluk ciptaan Tuhan maupun sebagai bangsa.
“Karena dalam upacara ini yang dikejar adalah kekayaan batin bukan perolehan materi yang melimpah,” paparnya.
Bulan Rayagung dipilih sebagai symbol dari perayaan terhadap keagungan Tuhan. Selanjutnya menjelaskan makna dari angka 22 yang diambil karena memiliki makna simbolik tertentu. Angka 22 sendiri adalah terbagi 2 pertama angka 20 memiliki makna sifat wujud makhluk hidup ke-20 sifat itu adalah getih, daging, bulu, kuku, rambut, kulit, urat, polo, bayah/paru, ati, kalilimpa/limpa, mamaras/maras, hamperu/empedu, tulang sumsum, lemak, lambung, usus, ginjal dan jantung. Sementera angka 2 bermakna keseimbangan karena segala sesuatu terdiri dari 2 unsur positif dan negatif, seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan. Angka 22 kemudian digunakan sebagai jumlah berat padi yang akan ditumbuk yang hasilnya diserahkan kepada masyarakat setiap pelaksanaan Seren Taun, padi yang digunakan seberat 22 kwintal, 20 kwintal ditumbuk dan dikembalikan dan 2 kuintal lainnya sebagai bibit yang akan ditanam.
Upacara ngajayah, pengolahan padi hasil panen masyarakat kemudian ditumbuk bersama-sama yang kemudian berasnya akan dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Jumlah padi yang ditumbuk 20 kuintal, 2 kuintal yang dijadikan bibit dengan total 22 kuintal. Selama tahapan ini dilaksanakan diiringi dengan mantera-mantera mistis. Upacara ini merupakan upacara simbolik penuh makna. Inti dari upacara ini adalah mempertemukan dan mengawinkan benih jantan dan benih betina dan dari tumbuhan yang diyakini sebagai tahap bertemunya energi hidup dari sang Hyang Asri Pwah Aci. Energy Pwah Aci yang berupa energi kesuburan dan keselamatan turun kebumi dan kemudian meresap ke dalam apa yang dimakan. Pwah Aci merupakan zat Tuhan, sehingga apabila Pwah Aci turun ke bumi dan meresap kedalam bahan makanan maka setidaknya akan ada dua kesadaran yang akan diraih. Yaitu rasa syukur atas nikmat dan berlaku tidak sewenang-wenang terhadap alam karena dalam setiap bagian alam terdapat zat tuhan yang harus dihormati.
Menitik Beratkan Pikiran, Naluri, dan Rasa
Ajaran sunda wiwitan dikenal dengan ajaran Tritangtu. yakni Tritangtu di buana, Tritangtu di naraga, dan Tritangtu di nagara. Ajaran Tritangtu merupakan ajaran yang menitik beratkan makna apa yang ada dalam pikiran, naluri dan rasa. Paseban dipakai sebagai tempat berkumpul dan bersyukur dalam merayakan ketunggalan selaku umat Gusti Hyang Widi Rasa dengan meyakinkan kemanunggalan dalam mengolah kesempurnaan getaran dari 3 unsur yang disebut sir, rasa dan pikir dimana unsur lainnya, panca indera dapat menerima dan merasakan keagungan Gusti.
Begitu pula dalam laku kehidupan benar-benar merupakan ketunggalan selaku manusia dan kemanunggalan antara cipta, rasa, dan karsa diwujudkan dalam tekad, ucap, serta lampah. Menyatakan diri manusia seutuhnya dalam memancarkan pamor kebudayaan bangsa dengan ketentuan hukum kodrati. Intinya Paseban Tri Panca Tunggal merupakan tempat penyatuan pikiran, perkataan dan perbuatan dari pihak manusia tanpa melihat latar belakang agama, suku, etnis, dan ras. Sebagai wujud mensyukuri yang diberikan Sang Pencipta.
“Kita memang tidak sepengakuan tetapi kita sepengertian, menghargai perbedaan yang ada dan tidak menjadi hambatan untuk melakukan hal bersama-sama, ulah mikir naon nu dipikamenang, tapi mikir anu bisa dilakukeun (jangan berpikir apa yang didapat, tapi berpikir apa yang bisa dilakukan).”
Dalam malam satu suro yang bertepatan pada tanggal 14 November 2012 tahun masehi, Rama Djati memberi wejangan kepada masyarakat Sunda wiwitan di ruangan Paseban agar selalu menjaga tatakrama, bersikap dan bertutur kata sopan dan santun kepada orang lain.
Sesepuh masyarakat adat Karuhun Urang, Rama Djatikusumah mengatakan, berkumpulnya masyarakat adat dari berbagai daerah diharapkan bisa menunjukkan keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia.
“Inilah gambaran Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia. Jangan hanya sekedar menjadi slogan. Dengan berkumpul seperti ini, tidak ada lagi orang Sunda, orang Jawa, atau orang Kalimantan. Kita semua disini putra Nusantara, bersatu dan berkata bahwa kita orang Indonesia,” tutur pria berusia 76 tahun ini di sela-sela Seren Taun, Sabtu (20/12).
Perbedaan, lanjut Rama Djati, bukan berarti setiap kelompok masyarakat adat mengkotak-kotakkan diri. “Dalam perbedaan itu sesungguhnya ada dasar kepercayaan yang sama. Meskipun cara menyebut dan menyembahnya berbeda. Generasi sekarang ini banyak yang sudah lupa cara cirinya sebagai manusia, makhluk Tuhan dan manusia dalam berbangsa,” ujarnya.
Keberadaan masyarakat, seharusnya dipandang sebagai modal untuk menguatkan kearifan lokal. Bersatunya beberapa kelompok masyarakat adat di Cigugur, mendapat perhatian luas dari masyarakat sekitar. Dalam Helaran yang digelar siang tadi, 22 delman yang membawa puluhan masyarakat yang mengenakan pakaian adatnya, diarak keliling Kuningan.
Ratusan masyarakat terlihat antusias mengikuti rombongan yang bergerak dari Gedung Paseban-Kota Kuningan-Gedung Paseban. Lagu-lagu yang dilantunkan pun tak melulu lagu daerah, tapi juga didominasi dengan lagu wajib yang menyuarakan semangat persatuan.
“Dari sini (Cigugur), kami berharap ada gema persatuan yang sampai ke seluruh penjuru Tanah Air. Bisa menggetarkan daya rasa dan daya pikir serta menimbulkan kedamaian,” ungkap Rama Djati.
Dari Cigugur, ia berharap kebhinekaan Indonesia bisa semakin menguat dalam ketunggalikaan.
JAMAN BARU DATANG UNTUK MEMBUKA TABIR
KONSEPSI WIWITAN YANG TAK LAIN ADALAH
KONSEPSI SANGKAN PARANING DUMADI.
Apa kata Mandalajati Niskala?
Mandalajati Niskala menuturkan:
Berbicara KONSEPSI WIWITAN tak lain
adalah berbicara KONSEPSI PRIMA CAUSA atau
KONSEPSI JAWAHAR AWAL & JAWAHAR AKHIR.
JAWAHAR AWAL disebut “TATANAN WIWITAN”, yaitu
SUNA + DA = SUNDA atau Tatanan Bumian.
JAWAHAR AKHIR disebut “TATANAN TAMATAN”, yaitu
SUNA + H = SUNAH atau Tatanan Langitan.
Catatan :
Suna = Tatanan
Da/D = Bumian
Ha/H = Langitan
Sunda adalah SISTEM FITRAH BUMIAN
disebut “FEMINIM SYSTEM”.
Sunah adalah SISTEM FITRAH LANGITAN
DISEBUT “MASKULIN SYSTEM”.
Keduanya merupakan SISTEM FITRAH IBU & BAPA,
atau WIWITAN & TAMATAN yang satu sama lain
harus mengikat & “TIDAK BOLEH BERCERAI”
Ikatannya sendiri adalah IKATAN
SISTEM KESELAMATAN, yang secara bahasa
disebut “SISTEM ISLAM”.
Sunda adalah SISTEM ISLAM BUMIAN.
Sunah adalah SISTEM ISLAM LANGITAN.
Sunda adalah SISTEM KEIBUAN.
Sunah adalah SISTEM KEBAPAAN.
Hindarkan EGO SUNDA & hindarkan EGO SUNAH, sbb
keduanya merupakan FITRAH YG HARUS BERSATU.
Demikian kata Mandalajati Niskala.
Jika demikian menurut saya (Sandi Kaladia)
untuk kata SUNDA, kata SUNAH, kata ISLAM,
maupun kata WIWITAN jangan memakai LEBEL
AGAMA atau LEBEL KEPERCAYAAN, sbb ITU
SEMUA ADALAH HAL-HAL YANG FITRAH.
Selanjutnya MANDALAJATI NISKALA dlm penggalian
memasuki Ruang Insun, telah Melahirkan
Konsepsi SANGKAN PARANING DUMADI
yg Fitrah, Original & ditemukan Sangat Anyar.
KONSEPSI TERSEBUT BETUL BETUL BEGITU
SEDERHANA, NAMUN SANGAT MENYERUAK
DI KEDALAMAN YANG TANPA BATAS, sbb:
1♥Barang siapa yang memahami NAFAS~nya,
akan memahami rahasia HU~DA~RA~nya.
(HU~DA~RA adalah Whitehole berupa potensi
JAWAHAR AWAL, yang menjadi sistem
TRI TANGTU DI BUWANA, dan jadilah ketentuan
Tuhan SEGALA MACAM KEJADIAN
SECARA SISTEMIK TERMASUK MANUSIA)
2♥Barang siapa yang memahami HU~DA~RA~nya,
akan memahami potensi HI~DI~RI~nya.
(Potensi HI~DI~RI meliputi:
HI adalah alam Subconcious
DI adalam alam Concious
RI adalah alam HIperconcious)
3♥Barang siapa yang memahami HI~DI~RI~nya,
akan memahami satuan terkecil DI~RI~nya.
(Tribaka, Panca Azasi Wujud &
Panca Maha Buta)
4♥Barang siapa yang memahami DIRI~nya,
akan memahami HI~DIR~nya.
(Kesadaran Semesta = Kesadaran Manunggal)
5♥Barang siapa yang memahami HI~DIR~nya,
akan memahami satuan terkecil ATMA~nya.
(Kehidupan JAWAHAR AKHIR yang mengendap
pada Tribaka)
6♥Barang siapa yang memahami ATMA~nya,
akan memahami TAMAT~nya.
(Reaktor Nuklir dari akumulasi satu
Oktiliun Tribaka pada tubuh manusia,
yang segera memasuki Blackhole
untuk keluar dari Jagat Raya
dan meledak menjadi Bigbang,
di ruang hampa, gelap gulita,
bertekanan minus)
7♥Barang siapa yang memahami TAMAT~nya,
akan memahami WIWIT~nya.
(Ledakan Bigbang membentuk Whitehole
yaitu berupa potensi Jawahar Awal
di Jagat Raya Baru)
(Peringatan dari Mandalajati Niskala:
“JIKA ANDA SULIT UNTUK MEMAHAMI,
LEBIH BAIK ABAIKAN SAJA. TERIMA KASIH)
════════════════════════════
Mandalajati NIskala membuka sebuah tabir
PINTU JAWAHAR AWAL
KE PINTU JAWAHAR AKHIR
Manusia pada hakekatnya bagian dari Tuhannya.
Seluruh isi semesta “BERENANG-RENANG” TENGGELAM
di dalam TUBUH TUHAN SANG MAHA BESAR.
(Zibghotulloh).
Sagala sesuatu termasuk Manusa MANUNGGAL
di dalam TUBUH TUHAN SANG MAHA BESAR.
(Sapanunggalan).
TUHAN SANG MAHA BESAR, sekaligus juga
Sang MAHA KECIL memiliki
TIGA ENERGI PRIMER (Tri Tangtu Di Buwana),
yang “gumulung” jadi tunggal, dari lingkup
SANG MAHA BESAR sampai pada lingkup SANG MAHA KECIL
disebut; JAWAHARA HAWAL WAL HAKHIR (JHWH), berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BENING♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BENING♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BENING♥
SANG MAHA BESAR / AGUNG
adalah “JHWH” dalam CAKUPAN ALAM MAKRO,
yaitu ZAT ABADI SANG MAHA BESAR berupa HU~DA~RA
YANG BERADA DALAM KEMANUNGGALAN KHALIQ,
mimiliki:
Energi “HU” Acining Air, berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU♥
Energi “DA” Acining Tanah, berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING♥
Energi “RA” Acining Api, berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH♥
Ketiganya Gumulung di dalam SAJATINING HUDARA, berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA ULTRA VIOLET MENUJU PUTIH♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA ULTRA VIOLET MENUJU PUTIH♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA ULTRA VIOLET MENUJU PUTIH♥
SEBAGAI PINTU HAWAL Zat Abadi Makro,
yang disebut JAWAHAR HAWAL, yaitu:
BIGBANG (Ledakan Nuklir) yang keluar dari WHITEHOLE.
Inilah yang disebut proses DIA MENJADIKAN INSUN.
SANG MAHA KECIL / LEMBUT
adalah “JHWH” dalam CAKUPAN ALAM MIKRO,
yaitu ZAT ABADI SANG MAHA KECIL berupa ATOM
YANG BERADA DALAM KEMANUNGGALAN MAKHLUK,
memiliki:
Energi “HU” Proton, berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA BIRU♥
Energi “DA” Netron, berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA KUNING♥
Energi “RA” Elektron. berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA MERAH♥
Ketiganya “Gumulung” dlm SAJATINING HATOM (Atom), berupa:
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA IMPRA MERAH MENUJU HITAM♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA IMPRA MERAH MENUJU HITAM♥
♥POTENSI GELOMBANG CAHAYA IMPRA MERAH MENUJU HITAM♥
sebagai PINTU HAKHIR Zat Abadi Mikro,
yang disebut JAWAHAR HAKHIR, yaitu:
INDUKSI INTI (Reaktor Nuklir) yg masuk ke dlm BLACKHOLE.
Inilah yang disebut proses INSUN JADI DIA.
(Peringatan dari Mandalajati Niskala:
“JIKA ANDA SULIT UNTUK MEMAHAMI,
LEBIH BAIK ABAIKAN SAJA. TERIMA KASIH)
════════════════════════════
Syair Sunda:
JAWAHAR AKHIR NGARAGA~DIA
ditulis ku Mandalajati NIskala
Atma na sakujur raga.
Hanargi museur na tazi.
Bobot Bentang JAGAT RAYA panimbangan.
Paeunteung eujeung.
Ziro sazironing titik Nu Maha Leutik.
Madet dina JAGAT LEUTIK.
Gumulung sakuliahing cahya.
Ngahideung Nu Maha Meles.
Ngan beuratna Maha Beurat.
Insun gumulung nu Tilu NGAMANUNGGAL;
PARA~TRI~NA, NI~TRI~NA jeung
HOLIK~TRI~NA dina Jawahar Akhir.
Tandaning Insun lulus nurubus.
Lolos norobos, Robbah lalakon.
Kaluar tina Sapanunggalan Gusti Nu Maha Suci.
Bitu ngajelegur.
Manggulung-gulung kabutna.
Huwung nungtung ngahujung.
Jadi jumadi ngajadi.
INSUN ROBBAH NGARAGADIA.
Gelar Ngajawahar Awal.
Gusti papanggih jeung Gusti.
Dina babak carita SAWA~RAGA~ANYAR.
Ahuuung Ahuuung Ahuuung Aheeeng.
════════════════════════════
Filsuf Sunda MANDALAJATI NISKALA, sbg:
Zaro Bandung Zaro Agung
Majelis Agung Parahyangan Anyar.
Klik di google Mandalajati Niskala
BACALAH SELURUH SULUR BUAH PIKIRANNYA.
Pengirim Komentar:
@Sandi Kaladia
LikeLike