virtu dan fortuna

di suatu saat, mungkin pernah terlintas di ruang kepala kita tentang kenapa kita berhasil atau sukses meraih sesuatu. juga tentang suatu faktor yang menyebabkan kita berhasil, baik yang muncul dari diri kita, maupun dari luar diri kita. juga tentang mengapa kita mampu berada di satu posisi.

suatu hari seseorang bertanya padaku, “apa yang membawamu sampai pada kondisi seperti sekarang ini?”. aku mengerti apa yang dimaksudnya dengan “kondisi seperti sekarang ini”. di saat yang bersamaan, aku mulai membuka kembali siapa aku sekarang. aku sebagai mahasiswa fellow di jurusan komunikasi politik Paramadina Graduate Schools (PGS) Jakarta. juga aku yang bekerja mengelola media di lembaga tempatku bekerja. lalu aku menjawab, karena aku berusaha dengan ketrampilan atau skill yang kumiliki. dan bersamaan dengan itu juga, karena ada kesempatan. lalu perbincangan kami pun berlanjut tentang ketrampilan dan kesempatan.

di satu saat tertentu, di ruang kepala kita bisa jadi pernah berpikir tentang ini. ketrampilan dan kesempatan. namun kali ini aku ingin berbagi tentang virtu dan fortuna. yang berarti juga ketrampilan dan kesempatan. keduanya serupa. hanya beda istilah dan pada pengembangan makna. di antara kita, mungkin ada yang pernah mengenal virtu dan fortuna. termasuk salah satu ilmuan politik yang mengenalkannya. ya, dia adalah Niccolo Machiavelli. dalam buku klasiknya yang berjudul “Il Pincipe” atau “The Prince” atau “Sang Penguasa”.

dalam buku pedoman kekuasaan tersebut, Machiavelli membahas salah satunya tentang konsep virtu dan fortuna. virtu berarti ketrampilan atau kejantanan, berasal dari kata vir, laki-laki, dalam bahasa Latin. Maknanya lain sekali dari “virtue” dalam bahasa Inggris, yang berarti kebaikan hati atau moralitas baik.

Machiavelli mengakui adanya dua faktor tersebut yang memainkan peran dalam menentukan keberhasilan. yang dapat digambarkan sebagai keterampilan, kecakapan, kebijaksanaan, kekuatan, licik, membuat keputusan yang baik, dan menggunakan seseorang menjadi bebas. fortuna, yang mengacu pada kebetulan, keberuntungan, probabilitas, dan faktor eksternal di luar kontrol seseorang.

dalam The Prince, Machiavelli (atau silahkan jika ingin menyebutnya Niccolo) mencoba untuk menentukan berapa banyak peran kedua faktor tersebut bermain dalam keberhasilan atau kegagalan. dia menyimpulkan bahwa seperti yang diterapkan untuk mengendalikan tindakan manusia dan peristiwa, setiap faktor membawa dampak hampir sama dan kontrol sekitar setengah dari hasilnya.

Machiavelli kemudian menyatakan bahwa melalui tinjauan ke masa depan, seseorang dapat berharap untuk berurusan dengan variasi acak fortuna, dan dengan demikian memaksimalkan kesuksesan seseorang. Machiavelli kemudian menekankan pentingnya perilaku beradaptasi sesuai dengan waktu, dan membuat penyesuaian tepat waktu, sesuai dengan keadaan. untuk mengembangkan seseorang virtu, Machiavelli merekomendasikan bahwa seorang raja harus mempelajari orang lain dan belajar dari titik efektif.

konsep ini juga masih dimanfaatkan ilmuwan politik selaku fondasi untuk menelusuri peran aktor politik dalam konteks sosialnya. seperti yang dilakukan R. William Liddle atau biasa disapa Bill, guru besar Emeritus, Departemen Ilmu Politik, Ohio State University Amerika baru-baru ini dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Marx atau Machiavelli” dalam Nurcholis Madjid Memorial Lecture V, pada Kamis (08 Desember 2011).

dalam makalahnya, virtu dianggap kumpulan sumber daya yang dimiliki seseorang atau bisa diciptakan, dimobilisasi, dan dimanfaatkan untuk mencapai tujuannya selaku aktor politik. contoh-contoh virtu atau sumber daya politik yang disebut Machiavelli amat bervariasi. antara lain: kepintaran dan keberanian strategis dan taktis, ketelitian, ketegasan, reputasi pemurah hati dan pemaaf, dukungan masyarakat sendiri, dukungan penguasa negara tetangga, kemampuan memilih pembantu dan kemampuan membaca tanda zaman. juga, tentu saja: kelihaian dan kesediaan berdusta dan menggunakan kekerasan secara kejam dan berdarah-dingin. namun, terlepas dari rinciannya, perhatian Machiavelli pada sifat-sifat sang aktor yang berpikir dan bergerak merupakan sumbangan utamanya kepada pengetahuan kita mengenai dunia politik.

sedangkan fortuna, berarti kans atau keberuntungan, tetapi dalam pengertian kondisi-kondisi alamiah dan sosial serta kejadian-kejadian yang dihadapi penguasa atau calon penguasa tanpa implikasi keharusan atau nasib. berikut dua penjelasan terkenal dari Machiavelli sendiri: (1) “Fortuna ternyata menentukan separuh dari tindakan kita, tetapi separuh yang tersisa, atau hampir separuh yang tersisa, dibiarkan pada kita, supaya kemauan bebas kita akan berlaku.” (2) “Lebih baik bertindak cepat dan tidak sadar ketimbang hati-hati.”

*ada banyak hal yang perlu dipaparkan di sini, termasuk tentang sosok Machiavelli sendiri. tapi, mari kita perlahan-lahan dalam memahaminya*